Selasa, 01 Maret 2011

Menanti Kursi Bertinta?*)

Oleh : Ahmad Nasri
Sesaat saya memasuki gerbong besar nan indah bernama Forum Lingkar Pena Solo Raya, hal yang terbayang dalam benak saya tentangnya adalah sekumpulan penulis yang terforsir waktunya untuk menekuni pena. Tangan mereka sibuk mengakrabi keyboard komputer dan mata mereka kurang tidur karena semalaman menatap layar laptop masing-masing. Bayangan saya terjawab benar. Mereka yang saya jumpai adalah orang-orang rajin, orang-orang yang teguh memegang tajamnya pena hingga puluhan karya bertebaran di berbagai tempat dan media.
Sejenak saya pun berpikir rasa capek saya dengan segala hal tentang mengurusi pernak pernik menjemukan dalam organisasi tak akan saya dapati lagi disini. Sikut sana sikut sini yang bebau politis juga tidak akan saya jumpai lagi. Kenyang sudah semua yang saya jalani tentang hal-hal tersebut di tempat-tempat yang lain. Hingga saya berdebar harap bahwa saya akan tercapekkan dengan kepuasan-kepuasan yang lebih dari sekedar membaca De Liefde, Ketika Cinta Bertasbih atau Negeri Lima Menara. Kepuasan yang akan memuncak dengan membaca tulisan saya sendiri bahkan membuat orang lain tercerahkan dengannya.
Ternyata oh ternyata... Saya sedikit terkecewakan. Memang belum tercebur saya disini hingga saya belum menjumpai indahnya lautan tinta. Tapi karang tepaksa menghadang pandangan saya dengan munculnya “The Candidat Ketua FLP Solo Raya” di foto fesbuk saya. Memang regenerasi adalah sebuah niscaya dalam sebuah organisasi. Seperti halnya yang lain FLP Cabang Solo Raya juga akan melaksanakan Musycab dalam rangka LPj program kerja, pembentukan/pemilihan pimpinan baru dan penyusunan program kerja. Tapi apakah organisasi sebentuk FLP juga harus membebek pada selain mereka?! Pada adat-adat perpolitikan yang seringkali mengesampingkan norma dan etika dengan saling jegal dan jatuh menjatuhkan?!
Saya pun membayangkan suasana Musycab FLP nanti adalah seperti suasana musyawarah-musyawarah yang lain. Mengenaskan sekaligus mengharukan. Itu hanya bayangan saya, sekali lagi cuma bayangan saya. Bayangan yang terpaksa saya singkirkan dengan masuknya mas Aris El-Durra sebagai panitia Muscab Divisi Acara. Beliau pasti tidak akan rela kalau Muscab FLP hanya sama dengan yang lain. Pasti semua musyawirin juga akan paham bahwa FLP beda dengan yang lain. Tidak ada jegal-menjegal, sikut menyikut apalagi jatuh menjatuhkan. Yang ada adalah saling cerah mencerah, tenang menenang dan menang memenang. Setelah rehatnya Pak Aries Adenata, S.S dari kutukan sebagai Walikota FLP Solo, mari kita siapkan kursi masing-masing yang berlumur tinta itu untuk diduduki sang Walikota yang baru, Aris El-Durra.
*) Tulisan ini merupakan pikiran pribadi penulis, bukan atas nama FLP IAIN