Sabtu, 29 Januari 2011

MENENGOK JURNALISME ISLAM


Oleh : Hanief Prastiwi*)

“Siapa yang menguasai informasi akan memenangkan pertempuran.” Demikian yang diugkapkan oleh salah seorang mantan praktisi salah satu majalah islam di Indonesia. Sebuah ungkapan yang singkat namun sangat sarat dengan makna. Ungkapan yang seharusnya dapat menjadi motivator bagi diri kita agar senantiasa mengasah pena kita dalam menghadapi pertempuran kehidupan di abad komunikasi massa saat ini. Sebuah abad dimana orang mampu berbicara dengan ratusan bahkan jutaan manusia secara serempak meski ditempat yang terpisahkan oleh jarak yang jauh membentang.
Efek komunikasi massa sat ini telah beralih drastis dari ruang-ruang kuliah ke ruang pengadilan. Efek komunikasi massa pun telah menyabet perhatian dari berbagai kalangan. Seperti yang dapat kita saksikan saat ini, bagi politisi media massa dijadikan sebagai sarana menarik konstituennya, begitupula bagi para selebriti, bisnisman, tokoh agama sampai pedagang kecil sekalipun. Tidak dapat dipungkiri bahwa media massa memiliki peran yang cukup signifikan dalam kehidupan sosial masyarakat.
Pentingnya Dunia Jurnalistik Islam
 “Satu mata pedang hanya akan membentuk satu orang, sedangkan satu mata pena dapat membunuh ribuan orang.” Berbicara tentang media massa pasti tak lepas dari istilah jurnalistik. Napoleon Bonaparte pernah menyatakan bahwa ia lebih menyukai jika berhadapan dengan tiga ribu prajurit yang menyerangnya dibandingkan jika harus menghadapi seorang jurnalis. Mengapa demikian?  Karena tiga ribu pasukan hanya dapat mengendalikan pertempuran  dengan pedangnya dari dalam arena perang. Sedangkan seorang jurnalis mampu membolakbalikkan kondisi  peperangan yang sedang berkecamuk dengan goresan penanya tanpa harus terjun langsung ke medan perang. Begitulah ungkapan dari seorang yang telah malang-melintang  dalam dunia pertempuran dan sangat  berpengalaman dalam menghadapi muslihat musuh.
Pernyataan Napoleon tersebut semakin diperkuat dengan fakta-fakta yang terjadi. Misalnya yang dilakukan oleh para jurnalis dari kalangan Zionis Yahudi laknatullah yang secara bertubi-tubi mendiskreditkan umat islam dari berbagai sisi.  Bahkan saat ini musuh-musuh islam tak henti-hentinya berusaha memojokkan umat islam melalui goresan penanya. Mereka dengan terang-terangan menganggap islam sebagai agama yang identik dengan kekerasan dan terorisme, mereka menyampaikan hal-hal tersebut sesuai dengan misi yang mereka bawa pula.
Pertempuran. Ya, kata inilah yang memang sangat dentik dengan kondisi saat ini. Pertempuran yang bagi orang-orang muslim adalah dalam rangka amar makruf nahi munkar tentunya. Pada setiap pertempuran tentu kita tidak sekadar menghadapi lawan dengan tangan kosong malainkan juga membutuhkan senjata. Dan pada pertempuran kita hari ini senjata yang kita butuhkan bukanlah pedang dan senapan tetapi pena dan kecerdasan kita. Jika orang-orang Yahudi secara terang-terangan memerangi Islam dengan opini maka kita sebagai seorang pemuda muslim juga harus melawannya dengan pertempuran yang seimbang. Meski pertempuran yang kita hadapi saat ini terasa lebih lembut sehingga tak sedikit orang muslim yang terlena.
Sungguh ironis melihat dunia informasi saat ini yang dikuasai oleh orang-orang non-muslim. Padalah Allah Subhanahu Wata’ala sudah menerangkan kepada kita tentang pentingnya jurnalistik dalam ayat-ayat Alqur’an. Seperti halnya yang tertera dalam QS Al-Maidah ayat 19 berikut ini:
“Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepada kamu Rasul kami, menjelaskan (syari'at kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan". Sesungguhnya Telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam sejarah Islam, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah memanfaatkan risalah sebagai media komunikasi. Meski beliau  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah seorang yang ummi namun surat-menyurat tetap berjalan dengan bantuan para sahabat beliau Radhiallahu ‘anhum. Para sahabat Radhiallahu ‘anhum sangat berperan dalam pemberitaan mengenai pribadi beliau, memindahkan berita-berita itu kepada para sahabat lain, kepada tabi’in, lalu kepada tabi’ut tabi’in. Hingga ribuan hadis berhasil dicatat oleh para ahli hadis. Sehingga tak berlebihan jika para sahabat Radhiallahu ‘anhum disebut sebagai jurnalis. Jurnalistik yang diterapkan oleh Rasulullah Radhiallahu ‘anhum saat itu selaras dengan kondisi dan kemajuan umat.
Mereka Para Jurnalis Muslim
Ketika kita menengok sejarah pers di Indonesia, maka negara kita ini mempunyai banyak tokoh muslim yang terjun dalam dunia pers dari masa-masa sebelum kemerdekaan sampai orde baru begitu kuat. Para tokoh nasional rata-rata berlatarbelakang pers. Misalnya Mohammad Natsir yang melahirkan koran “Abadi”, A Hasan dengan majalah “Pembawa Islam”nya atau bahkan KH Ahmad Dahlan dengan majalah “Suara Muhammadiyah”nya yang sampai saat ini masih mewarnai dunia penerbitan di negeri kita. Tokoh pers lain yang turut mewarnai sejarah diantaranya yaitu KH. Abdul Wahab Hasbullah seorang ulama besar yang hidup pada masa penjajahan Jepang. Beliau selama 7 tahun menjadi pimpinan majalah “Soeara NO” dan “Berita NU”. Drh. Taufik Ismail seorang jurnalis muslim yang tetap konsisten sampai saat ini merupakan salah satu pendiri majalah sastra “Horison”.
Jurnalistik dan pers selain berfungsi sebagai penyampai berita juga berperan sebagai alat berperang melawan penjajah serta berperan penting dalam mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam melihat sebuah realita sosial. Gambaran yang disajikan oleh media massa seringkali menjadi sumber pengambilan sikap terhadap realita sosial. Oleh kaena itu jika media salah dalam memberikan informasi maka akan berdampak fatal dalam memberikan gambaran kepada masyarakat. Oleh sebab itu hendaknya informasi yang disajikan dalam media haruslah akurat, sesuai fakta dan memiliki misi mendidik. Sehingga pembentukan opini publik tidak negatif.
Maka, saat ini setiap muslim dituntut komitmennya terhadap perbaikan. Media merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyampaikan pikiran kita dalam rangka melawan rongrongan musuh-musuh Islam yang selalu berusaha untuk menghancurkan kita dengan pena yang mereka goreskan. Karenanya media Islam saat ini adalah sebuah keniscayaan. Bersama kita mewarnai dunia ini dengan tinta-tinta kita, dengan tulisan-tulisan kita.
Orang bijak mengatakan, “Sejarah tidak ditulis melainkan dengan merah darah para syuhada’ dan hitam tinta para ulama’.” So, mari kita kuasai informasi. Karena dengannya kita akan menggoreskan lembar sejarah dan menguasai dunia.

*) Penulis adalah Aktivis FLP Solo Raya Ranting IAIN Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar