Mengapa Harus Menulis?

Masih lekat dalam ingatan bahwa seperti baru kemaren saja, kita belajar berjalan dan mengeja tanda kehidupan. Namun sekarang, tak terasa ternyata kita sudah dewasa, tapi pernahkah kita mempertanyakan apa yang sudah kita lakukan untuk orang-orang sekitar kita.

Begitu cepat detik merangkak menjadi menit, jam, dan menggumpal menjadi tahun. Hidup ini hanya singkat dan fase kehidupan itupun sangat jelas. Manusia kecil, dewasa, tua dan pada akhirnya akan disatukan dengan tanah, yang membedakan hanayalah bagaimana kita mengisi fase-fase itu, menjadi dengan sesuatu yang patut dibanggakan baik ketika hidup atau sesudah kematian kita.

Syauqi pernah berkata yang isinya bahwa degup jantung manusia itu berkata bahwa hidup ini hanya beberapa detik saja, karena buatlah kenangan bagi manusia. Karena kenangan itu yang akan menjadi umur kedua. Jadi, apa yang akan kita persembahkan untuk dunia bahwa kita pernah ada dan jejak apa yang bisa kita tinggalkan.

Ya….salah satunya adalah dengan menggerakkan pena kita. Dengan menulis kita bisa menembus ruang dan waktu. Bahkan ketika sudah 100 tahun kita telah meninggalkan dunia, dengan tulisan kita orang bisa mengenal diri kita. Itulah umur kedua setelah kita meninggal. Menulis juga bisa menjadi ladang amal bagi diri kita. “dakwah bilqolam”. Dengan tulisan, kita tidak perlu pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk menyampaikan kebenaran, karena jejak tarian pena kita akan menembus tempat manapun. Dan jika apa yang telah kita serukan ternyata mampu menggerakkan hati sang pembaca untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, maka itu akan menjadi amal jariyah bagi diri kita. So….meski kita di sisi Tuhan, kta tetap mampu beramal dengan apa yang pernah kita usahakan dulu.

Jadi, tunggu apalagi? Tidak ada waktu lagi untuk menunda guna menjadi lebih baik, karena kita akan selalu berpacu dengan waktu, tidak ada yang tahu kapan kita akan dijemput oleh sang malaikat untuk kembali ke pangkuanNya. “kita memang bukan yang sempurna, tetapi kita harus mampu memberikan yang terbaik”